Memakai Sandal Sebelah Sisi, Seperti Kebiasaan Syaithan…!

12 01 2015

sandal sebelah sisiAda beberapa kebiasaan yang pernah kita lakukan, yang itu tanpa sadar telah menyerupai apa yang syaithan lakukan. Salah satu diantaranya adalah menggunakan alas kaki / memakai sandal dengan hanya 1 kaki atau sebelah sisi saja.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الشيطان يمشي في النعل الواحدة

“Sesungguhnya syetan berjalan menggunakan satu sandal.”

[HR. Ath-Thahawi dalam Musykil Al-Atsar. Hadits ini Shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahihah; no. 348, oleh Al-Albani]

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَا يَمْشِ أَحَدُكُمْ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ لِيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا

“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan hanya memakai satu sandal. Pakailah keduanya (sepasang) atau jangan dipakai sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 5408 dan Muslim no. 2097)

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah juga, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam bersabda :

إذا انقطع شِسع نعل أحدكم ؛ فلا يمشِ في الأخرى حتى يصلحها

“Jika terputus ‘syis’u’ [1] (tali sandal) salah seorang di antara kalian, janganlah ia berjalan dengan sandal sebelahnya hingga ia memperbaikinya (tali sandalnya)”.
___________

[1] Asy-Syis’u maknanya adalah tali sandal yang dimasukkan di antara dua jari kaki (saat memakainya). Ujung tali dimasukkan ke dalam lubang yang berada di bagian depan sandal.

[Lihat; Lisaanul-‘Arab, 8/180]

Dikutip dari FP Mutiara Hadits Pilihan





27 12 2012

Seorang penyair berkata:

تَعْصِيْ الِإلَهَ وَأَنْتَ تَزْعُمُ حُبَّهُ

                        هَذَا مُحَالٌ فِيْ الِقِيَاسِ شَنِيْعُ

لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ

                        إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ

“Engkau bermaksiat kepada al-Ilah (Allah) sementara engkau mengaku mencintai-Nya

Ini adalah mustahil dan dalam kias tercela (buruk)

Jika memang cintamu jujur dan setia tentu engkau akan menaati-Nya

Karena sesungguhnya sang pencinta akan selalu patuh kepada yang dicinta.”

Para pembaca rahimakumullah, itulah gambaran kejujuran cinta seorang muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hendaknya dia menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka suatu bentuk ketidakjujuran cinta dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika dia masih banyak bermaksiat kepada-Nya.

Demikianlah semestinya sikap seorang muslim terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Penuh ketundukan dan ketaatan yang disertai dengan keikhlasan dan berusaha semaksimal mungkin untuk meninggalkan hal-hal yang tidak disukai dan dibenci Sang Pencipta, Rabbul ‘alamin.

  Read the rest of this entry »





Gaul Asik ala Islam : Jabat Tangan Laki-Laki dan Wanita

15 05 2012
Al-Imaam Ahmad rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا هِشَامٌ، وحَبِيبٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ عَلَى النِّسَاءِ فِيمَا أَخَذَ أَنْ لَا يَنُحْنَ، فَقَالَتْ امْرَأَةٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ امْرَأَةً أَسْعَدَتْنِي، أَفَلَا أُسْعِدُهَا؟ فَقَبَضَتْ يَدَهَا، وَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، فَلَمْ يُبَايِعْهَا
Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Hisyaam dan Habiib, dari Muhammad bin Siiriin, dari Ummu ‘Athiyyah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengambil janji para wanita agar mereka tidak meratap (niyahah). Seorang wanita[1] berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita yang telah membahagiakanku. Apakah aku mesti membahagiakannya juga[2] ?”. Lalu wanita tersebut menggenggam tangannya sendiri, dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga menggenggam tangannya sendiri, tanpa membaiat wanita tersebut [Diriwayatkan oleh Ahmad, 6/408; shahih].

Read the rest of this entry »





Perihal Suap – Menyuap

20 12 2010

Assalamu’alaikum ustadz. Adakah dalil yang mengharamkan suap…?

…..

Jawab:

Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ibnu Bazz –rahimahullah- pernah ditanya,” Apa hokum syar’I terhadap risywah atau suap…?” Kemudian beliau menjelaskan:

“ Risywah atau suap itu HARAM hukumnya berdasarkan nash alquran, sunnah yang shahih serta ijma’ ulama’. Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seorang hakim atau yang selainnya untuk memalingkan dari hal yang benar dan memberikan putusan yang berpihak kepada pemberinya sesuai keinginan nafsunya.

Dalam hal ini terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Allah ta’ala melaknat orang – orang yang menyuap dan orang yang menerima suap…!” [HR. Abu Dawud no. 3580; At Tirmidzi no. 1337; Ibnu Majah no. 2313]

Dan tidak diragukan lagi bahwa dia berdosa dan berhak mendapatkan celaan serta siksaan karena telah membantu dalam melakukan perbuatan dosa dan melampaui batas.

“…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [QS. Al Maidah: 02]

Disarikan dari Kitabud Da’wah, I/156 yang diterjemahkan oleh saudara kami Al Ustadz Mukhlish Abu Dzar dari Al Furqon





Tahukah Engkau Apa Itu Itsar…?

8 12 2010

uluran_tangan

uluran_tangan

Akhir – akhir ini persaingan untuk memperebutkan harta dan dunia begitu terasa menghinggapi bani adam. Mereka berlomba – lomba untuk mengumpulkan dunia dan harta mereka. Tentu untuk urusan ini, mereka akan teramat sibuk. Saking sibuknya aktifitas mereka dalam memenuhi kepentingan mereka, maka akan jarang sekali kita menemui orang – orang yang mendahulukan kepentingan saudaranya melebihi kepentingan dirinya sendiri. Sungguh, hanya keegoisan yang tampak di setiap sudut kehidupan manusia, kecuali orang – orang yang dirahmati oleh Allahu ta’ala.

Secara tabiat, manusia tentu merasa berat untuk memberikan atau mencurahkan tenaganya, hartanya atau yang semisalnya, tanpa adanya imbal balik. Akan tetapi, masih ada segelintir orang yang bersedia merelakan semua itu untuk mendahulukan kepentingan saudaranya. Dan inilah manusia – manusia yang Allah cintai, serta disifati oleh Nabi ‘alaihi ash shalatu was salaam dengan orang yang paling baik. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sebaik – baik manusia ialah yag paling bermanfaat untuk orang lain.” [HR. Ath Thabarani, hasan, dlm kitab Shahihul Jami’, no. 3289] Read the rest of this entry »





Tarawih Selesai, Eits Jangan Pulang Dulu Mas…!

18 08 2010

pulang...?

lho kok pulang...?

Lama tidak menulis sebuah ilmu yang kami dapat saat kajian ustadz – ustadz ahlus sunnah di tempat tinggal kami, membuat sedikit jengah juga. Semoga ketergelitikan ini akan menjadi bermanfaat bagi kaum muslimin yang berkenan meluangkan waktunya sedikit untuk membaca sebuah risalah kecil ini.

Berawal dari sebuah pertanyaan perihal “para jama’ah shalat tarawih yang banyak meninggalkan masjid, pulang ke rumah – rumah mereka untuk MENGERJAKAN SHALAT WITIR di rumah.” Iya, demikianlah kenyataan yang terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal kami, baik di masjid – masjid besar maupun di surau2 kecil. Read the rest of this entry »





Jaga Bau-mu Saat Masuk Masjid

23 07 2010

Ada sebuah adab yang kerapkali dilupakan oleh kabanyakan umat muslim yang kebanyakan mereka tidak menyadari telah melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah ta’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki Masjid (QS. Al A’raf : 31)

Kemudian Jabir Radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya ia menjauhi kami, atau beliau bersabda : hendaknya ia menjauhui mesjid kami dan diam di rumahnya” (HR. Al Bukhari, lihat Fathul Bari : 2/339) Read the rest of this entry »





Tahukah Engkau tentang “Diyatsah”…?

3 02 2010

cemburu_buta

cemburu_buta

Dari Ibnu Umar Radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tiga (jenis manusia) Allah haramkan atas mereka surga: peminum khamr (minuman keras) pendurhaka (kepada orang tuanya) dan dayyuts (yaitu ( yang merelakan kekejian dalam keluarganya” (HR. Al Bukhari, lihat Fathul Baari : 8/45)

Penjelmaan diyatsah di zaman kita sekarang di antaranya adalah menutup mata terhadap anak perempuan atau istri yang berhubungan dengan laki-laki lain di dalam rumah, atau sekedar mengadakan pembicaraan dengan dalih beramah tamah, merelakan salah seseorang wanita dari anggota keluarganya berduaan dengan laki-laki bukan mahram. Read the rest of this entry »





Untukku & Untukmu Wahai Adik – adikku…~

6 10 2009

Telah lama saya tidak menulis lagi dalam sebuah rumah maya tempat saya tinggal ini. Karena sungguh saya tidak tau apa yang harus saya goreskan dalam tinta saya yang kini mulai mongering (karena terlalu sering dicoretkan untuk tugas akhir)…

Menilik tentang kejadian tadi sore, ada tiga anak yang masih imut dan lucu. Mereka tiga orang kakak beradik yang dibesarkan dalam sebuah keluarga berada serta berkecukupan. Masing – masing dari mereka masih duduk di bangku SD. Melalui sebuah perkenalan sederhana, saya mengenal mereka. Dan kinipun mereka menjadi adik bombing saya dalam privat kursus, si sulung dan adiknya yang kedua. Mereka terlihat ceriaaa sekali. ^_^

Terkadang, ketika belajar bersama mereka, saya terdiam menatap wajah dan perangai mereka yang masih lugu dan polos. Tentu, karena mereka masih anak – anak. Belum jelas di mata mereka, gambaran tentang perjalanan hidup yang panjang serta berliku ini…(Semoga Allah ta’ala memudahkan jalan mereka)

Ada sebuah tanya dalam benak saya…

Kemanakah mereka akan melangkah kelak…?

Apa yang akan terukir dalam benak sang anak, untuk menjalani kehidupan berliku ini…? Read the rest of this entry »





3 Hari Memutuskan Hubungan Persaudaraan Muslim

2 09 2009

Di antara langkah syaitan dalam menggoda dan menjerumuskan manusia adalah dengan memutuskan tali hubungan antara sesama umat Islam. Ironinya, banyak umat Islam terpedaya mengikuti langkah langkah syaitan itu. Mereka menghindar dan tidak menyapa saudaranya sesama muslim tanpa sebab yang dibenarkan syara’. Misalnya karena percekcokan masalah harta atau karena situasi buruk lainnya.

Terkadang, putusnya hubungan tersebut langsung terus hingga setahun. Bahkan ada yang sumpah untuk tidak mengajaknya bicara selama-lamanya, atau bernadzar untuk tidak menginjak rumahnya. Jika secara tidak sengaja berpapasan di jalan ia segera membuang muka. Jika bertemu di suatu majlis ia hanya menyalami yang sebelum dan sesudahnya dan sengaja melewatinya. Inilah salah satu sebab  kelemahan dalam masyarakat Islam. Karena itu, hukum syariat dalam masalah tersebut amat tegas dan ancamanya pun sangat keras. Read the rest of this entry »





Anak Perempuan Jangan Dipaksa Atas Pernikahan Yang Tidak Ia Suka

21 07 2009

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Apakah boleh bagi seorang ayah memaksa putrinya menikah dengan lelaki yang tidak ia suka ?

Jawaban.
Tidak ada hak bagi seorang ayah ataupun yang lain memaksa putrinya menikah dengan lelaki yang tidak disukainya, melainkan harus berdasarkan izin darinya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihin wa sallam telah bersabda.

“Artinya : Wanita janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai pendapat, dan wanita gadis tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai izin darinya”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana izinnya ?” Beliau menjawab : “Ia diam” [Riwayat Al-Bukhari dan Muslim]

Di dalam redaksi lain beliau bersabda : “Dan izinnya adalah diamnya”

Redaksi lain menyebutkan.

“Artinya : Dan perempuan gadis itu dimintai izin oleh ayahnya mengenai dirinya, dan izinnya adalah diamnya”.

Adalah kewajiban seorang bapak meminta izin kepada putrinya apabila ia telah berusia sembilan tahun ke atas. Demikian pula para wali tidak boleh menikahkan putri-putrinya kecuali dengan izin dari mereka. Inilah yang menjadi kewajiban semua pihak ; barangsiapa yang menikahkan putrinya tanpa seizin dari dia, maka nikahnya tidak sah, sebab diantara syarat nikah adalah kesukaan (keridhaan) dari keduanya (laki-laki dan perempuan).
Maka apabila ia dinikahkan tanpa keridhaan darinya, namun dipaksa di bawah ancaman berat atau hukuman pisik, maka nikahnya tidak sah ; kecuali pemaksaan ayah terhadap putrinya yang berusia kurang dari sembilan tahun, maka itu boleh, dengan alasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah tanpa izin darinya yang pada saat itu masih berumur kurang dari sembilan tahun, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih [Al-Bukhari dan Muslim].

Adapun jika ia telah berusia sembilan tahun ke atas maka tidak boleh dinikahkan kecuali berdasarkan izin dari dia, sekalipun yang akan menikahkannya itu adalah bapaknya sendiri. Dan kepada pihak laki-laki (calon suami) jika mengetahui bahwa perempuan yang ia inginkan tidak menyukai dirinya, maka hendaknya jangan maju terus untuk menikahinya sekalipun bapaknya bersikap penuh toleran kepadanya.

Hendaklah selalu bertaqwa kepada Allah dan tidak maju untuk menikahi perempuan yang tidak menyukai dirinya, sekalipun mengaku bahwa bapaknya tidak melakukan pemaksaan. Ia wajib waspada terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar meminta izin (terlebih dahulu kepada si permpuan yang dimaksud). Dan kami berpesan kepada perempuan yang dilamar agar selalu bertaqwa kepada Allah dan menyetujui keinginan bapaknya untuk menikahkannya jika lelaki yang melamarnya adalah lelaki ta’at beragama dan baik akhlaknya, karena pernikahan itu menyimpan banyak kebaikan dan maslahat yang sangat besar, sedangkan hidup membujang itu banyak mengandung bahaya. Maka yang kami pesankan kepada semua remaja putri adalah menyetujui lamaran lelaki yang sepadan (dengan dirinya) dan tidak membuat alasan “masih ingin belajar” atau “ingin mengajar” atau alasan-alasan lainnya.

[Ibnu Baz, Fatawa Mar’ah, hal 55-56

[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal 431-433 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=656&bagian=0





Apabila Engkau Dipuji Seseorang…

14 07 2009

اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ ,وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ

“Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. [Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan]. [Hadits 1]
———————————

[Hadits 1] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761. Isnad hadits tersebut dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 585. Kalimat dalam kurung tambahan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/228 dari jalan lain.





Antara Keluhan Orang yang Berilmu dan yang Jahil

23 06 2009

Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

mengeluh...?

mengeluh...?

Seorang jahil (orang yang bodoh) akan mengeluhkan (mengadukan) Allah kepada manusia. Ini adalah puncaknya kebodohan akan siapa yang dikeluhkan dan siapa yang disampaikan keluhan kepadanya. Jika dia mengenal Rabbnya, dia tentu tidak akan mengeluhkan-Nya. Dan jika dia mengetahui manusia, dia tentu tidak akan mengeluh kepada mereka. Sebagian salaf (generasi terdahulu) melihat seseorang yang mengeluhkan kekurangan dan kebutuhannya kepada orang lain. Maka dia (salaf) berkata, “wahai orang ini, Demi Allah, engkau hanyalah mengadukan (Dzat) Yang merahmatimu kepada orang yang tidak merahmatimu.”

Tentang hal ini, dikatakan dalam syair,

وَإِذاَ شَكَوْتَ إِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّماَ تَشْكُو الرَّحِيْمَ إِلَى الَّذِي لاَ يَرْحَمُ

Jika engkau mengeluh kepada anak adam, sesungguhnya kau keluhkan Ar Rahiim (Allah Yang Maha Penyayang) kepada yang tidak menyayangi
Read the rest of this entry »





Tahukah Kamu…?

17 06 2009

bersin

bersin

TAHUKAH KAMU… bahwa ketika menjumpai orang yang bersin lebih dari tiga kali, maka tidak ada tasymit untuk orang yang bersin tadi…

Menurut Ismail bin Marsyud bin Ibrahim ar-Rumaih ada beberapa orang yang menggugurkan kewajiban kita untuk ber tasymit (mendoakan orang yang bersin), salah satunya adalah kepada yang bersin lebih dari tiga kali. Berkata beliau,

“Maka tidak ada tasymit untuknya sebab dia dikategorikan sedang sakit terkena influenza.” (Ismail bin Marsyud bin Ibrahim ar-Rumaih, Adaabut Tatsaa-ub wal ‘Uthaas, Daar ash-Shumai’i, Riyadh, Cet. I, 1992, terj. Isma’il ‘Ali bin Jabal, Adab Menguap dan Bersin, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cet. I, Agustus 2004, hal. 46).

Kemudian beliau melanjutkan dengan hadits ini

“Jika salah seorang diantara kalian bersin, hendaklah bertasymit bagi yang mendengarnya. Jika lebih dari tiga berarti dia sedang influenza, maka tidak ada tasymit setelah tiga kali.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di
Shahiihul Jaami’ (I/179 no. 684) (diambil dari buku Adab Menguap dan Bersin, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cet. I, Agustus 2004,. hal. 47).

Semoga bermanfaat…





Menjawab Salam dari Pengirim Salam

9 06 2009

Terkadang seseorang menyampaikan kepada kita titipan salam dari seroang teman kita nan jauh di sana dengan mengatakan kepada kita : “si Fulan titip salam buat antum” atau “antum dapat salam dari si Fulan” dan yang semisalnya. Bagaimana cara kita menjawabnya?

Cara Menjawab Salam Kepada Orang yang Menyampaikan dan Mengirim Salam

Oleh : Haifa’ bintu Abdillah ar-Rosyid

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (11/41) : “dan disukai untuk membalas (salam) atas orang yang menyampaikan.”

Ibnul Qoyyim berkata dalam Zaadul Ma’ad (2/427) : “dan termasuk petunjuknya shollallohu alaihi wa sallam, jika seseorang menyampaikan kepadanya salam dari orang lain, ia membalas kepadanya dan kepada orang yang menyampaikan.”

Dan yang demikian berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (5231), Ahmad (23104) dan Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubro (10133) “Bab : apa yang dikatakan jika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya si Fulan menyampaikan salam kepadamu”.

Dan dari hadits seseorang dari Bani Numair (dan dalam Fathul Bari (11/41) : dari Bani Tamim) dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa ia mendatangi Nabi shollallohu alaihi wa sallam lalu ia berkata :


إن أبي يقرأ عليك السلام, قال: عليك وعلى أبيك السلام

“Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam kepadamu”, Nabi menjawab : “‘Alaika wa ‘ala abika as-salaam”. Dan di dalam sanad hadits ini ada jahaalah (rowi yang tidak dikenal), akan tetapi Al-Albani menghasankannya.

Dan yang demikian telah ada dari perbuatan 2 istri Nabi shollallohu alaihi wa sallam, Khodijah dan Aisyah rodhiyallahu anhuma, dan Nabi mentaqrir (menyetujui) mereka berdua :

1. Khodijah rodhiyallahu anha : dari Anas rodhiyallahu anhu ia berkata :

جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم وعنده خديجة وقال: إن الله يقرئ خديجة السلام, فقالت: إن الله هو السلام وعلى جبريل السلام وعليك السلام ورحمة الله

“Jibril datang kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam dan ada Khodijah di sisi Nabi, Jibril berkata : “Allah menyampaikan salam untuk Khodijah” Khodijah berkata : “Sesungguhnya Alloh-lah As-Salam, dan as-salam atas Jibril dan engkau wa rohmatullah” [HR. al-Hakim (4/175, an-Nasa’i dalam al-Kubro (10134), al-Bazzar (1903), dam Thobroni dalam al-Kabir (23/15 no. 25 dan 26)]

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (7/172) : “dan dari hadits ini ada faidah membalas salam kepada orang yang mengirim salam dan kepada orang yang menyampaikan”.

2. Dari Aisyah rodhiyallohu anha, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkata kepadanya :

يا عائشة، هذا جبريل يقرأ عليك السلام، فقالت: وعليه السلام ورحمة الله وبركاته، ترى مالا أرى – تريد النبي صلى الله عليه وسلم –

“wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu” Aisyah menjawab : “wa ‘alaihis salaam wa rohmatulloh wa barokaatuh, engkau (Nabi) melihat apa yang tidak aku lihat.” [HR. al-Bukhori (3217) dan Muslim (2447)]

Akan tetapi ada tambahan pada Musnad al-Imam Ahmad (6/117) dari Aisyah rodhiyallohu anha, ia berkata : aku jawab :

عليك وعليه السلام ورحمة الله وبركاته

“‘Alaika wa ‘alaihis salaam wa rohmatulloh wa barokaatuh”.

Al-’Allamah al-Albani berkata dalam catatan kaki Shohih Adabil Mufrod (hal. 308-309) : “Sanadnya shohih”. Dan ini adalah tambahan yang penting dalam hadits ini. Wallohu A’lam wa billahit Taufiq.

[diterjemahkan saudara kami Abu SHilah dari al-Washiyyah bi Ba’dhi as-Sunan Syibhil Mansiyyah oleh Haifa bintu Abdillah ar-Rosyid, dari http://sahab.org%5D