TAHUKAH KAMU

Inilah jalanku...

Suatu hari, di sebuah rumah…” Pokoknya mulai hari ini bapak dan ibu tidak boleh pergi ke dukun dan tidak boleh lagi sedekah bumi di laut kidul…, tidak boleh lagi ikut maulidan dan tahlilan…,!!! Celana bapak harus dipotong di atas mata kaki…, dan ibu harus pake cadar…! demikianlah instruksi seorang pemuda seperti kita – kita ini (yang baru ikut rohis kampus, baru ngaji dan baru jadi anggota LDK). ” Memangnya kenapa???” tanya sang ayah dengan nada tinggi. “Karena itu syirik, bid’ah dan maksiat…!” jawab sang anak sekenanya. “Kamu ini anak kemarin sore, tahu apa…!!!? Sudah, ga perlu macam – macam, kalo kamu tidak mau tinggal di sini lagi, keluar saja…!!!” tutup sang orang tua mengakhiri perdebatan di rumah kecil itu.

Di tempat yang lain, ada seorang juru dakwah dari rohis kampus namun “minim ilmu” kerap kali larut dalam ritual – ritual syirik/adat istiadat, larut dalam acara yang tidak ada tuntunan dari nabi, serta bermusik/berdangdur ria dengan dalih mendekati masyarakat sebelum mendakwahi mereka. Ketika ada seseorang yang menegernya, ” Akhi…itu kan acara syirik, tidak ada tuntunan dan maksiat??? Kenapa antum ikut larut di dalamnya???” “Lho, kita kan harus bersikap hikmah dalam berdakwah, kalo kita tidak ikut acara – acara seperti itu lebih dahulu maka masyarakat akan lari dan menjauhi kita. Bukankah islam itu rahmatan lil ‘alamin???” Jawab pemuda tadi sekenanya…

Wahai saudaraku, dalam menyikapi sikap hikmah dalam berdakwah… Manusia terbagi menjadi 3 kelompok:

1. Kelompok yang tidak memperdulikan sikap hikmah dalam berdakwah, sehingga terkesan ngawur dalam dakwahnya. Merusak, membuat kericuhan dan sebagainya…

2. Kelompok yang terlalu longgar dalam memahami istilah hikmah, sehingga kerap mengorbankan syariat islam dengan dalih hikmah dakwahnya…

3. Kelompok yang pertengahan, yang benar – benar memahami kata hikmah dan senantiasa menerapkan kata hikmah dalam dakwahnya, sehingga dia selalu mempertimbangkan gerak – gerik serta metode yang ditempuhnya dalam berdakwah, dengan naungan dan timbangan ilmu. (Pendahuluan 14 Contoh Hikmah Dalam Berdakwah , Abdullah Zaen, Lc. Pustaka Muslim, Jogjakarta)

saudaraku, inilah yang ingin penulis haturkan. Penulis berusaha dengan sebaik mungkin serta berdoa pada Allah ta’ala untuk digolongkan pada kelompok yang ketiga. Sehingga penulis dapat menjelaskan risalah ini dengan santun dan baik…serta akan bermanfaat bagi penulis, saudara – saudara yang sedang membaca ini serta bagi kaum muslimin yang lain…

Saudara sekalian, antum pernah dengar kata salaf? Lantas salaf itu apa sih…??? Kalo salafy…??? Kalo salafiyyah…??? Apa hubungan mereka dengan ahlus sunnah wal jama’ah…??? Inilah yang sering kita tanyakan dan kita perbincangkan mengingat akhir – akhir ini cukup ramai -alhamdulillah- forum2 kajian yang tampak di sana beberapa ikhwan yang santun dengan akhlaknya, ramah dengan senyumnya, berwibawa dengan lihyah (rambut di dagu-pen-) serta celana yang bersih di atas mata kaki. Di sisi mereka juga ada akhwat – muslimah yang rapi dan terhijab syar’i serta terkadang ada hiasan cadar di wajah – wajah mereka… Siapakah mereka…???

Karena merasa tak pandai dalam menggoreskan pena, maka penulis hanya akan mengintip serta mengutip petikan ilmu yang telah dituliskan oleh para ulama’ ahlus sunnah wa al jama’ah –rahimahumullah- dalam kutaib (kitab2/buku2) mereka. Mereka telah meluangkan waktu mereka untuk berjuang di jalan Allah melalui pena, lisan, harta serta jiwa demi tersebarnya kaharuman manhaj/metode agama yang haq ini. Banyak sekali manfaat yang penulis dapatkan dari bimbingan ustadz pengajar kami tentang goresan tinta para ulama’. Pun demikian yang dialami oleh saudara – saudara kami seperjuangan dalam dakwah ini…

Oleh karena itu, penulis ingin berbagi manfaat dan kebahagiaan tersebut kepada saudara – saudari kami dari kalangan kaum muslimin untuk meresakan kelezatan iman serta ketenangan jiwa dalam berjalan di atas manhaj as salafush shalih… Serta tak lupa untuk menyerukan kepada seluruh manusia manapun dari agama apapun –selain islam- untuk merasakan indahnya islam dalam naungan sunnah yang mulia yang akan menghantarkan kita semua kepada surga nan indah…

Akhirnya tak lupa…doa kami untuk saudara – saudari kami baik yang hidup di zaman ini maupun yang telah mendahului kami dalam keimanan serta pengorbanan…

Doa kami tiap hari...

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

Wallahua’alam

Apa sih Salaf itu…???

Teman – temanku yang baik, pelajarilah apa yang telah dituliskan oleh saudara – saudara kami dari Yayasan Pendidikan Islam al Atsary Jogjakarta tentang salaf…

Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu, keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu nenek moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan. Oleh karenanya maka generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut dengan salafush shalih (pendahulu yang baik).” (Lisanul ‘Arab, 9/159, dinukil dari Limadza, hal. 30) Makna semacam ini serupa dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah yang artinya, “Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai salaf (pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian.” (QS. Az Zukhruf : 55-56) Artinya adalah : Kami menjadikan mereka sebagai pelajaran pendahulu bagi orang yang melakukan perbuatan sebagaimana perbuatan mereka supaya orang sesudah mereka mau mengambil pelajaran dan mengambil nasihat darinya (lihat Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish Shalih, hal. 20)

Dengan demikian kita bisa serupakan makna kata salaf ini dengan istilah nenek moyang dan leluhur dalam bahasa kita. Dalam kamus Islam kata ini bukan barang baru. Akan tetapi pada jaman Nabi kata ini sudah dikenal. Seperti terdapat dalam sebuah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada puterinya Fathimah radhiyallahu ‘anha. Beliau bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik salafmu adalah aku.” (HR. Muslim) Artinya sebaik-baik pendahulu. (lihat Limadza, hal. 30, baca juga Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, hal. 7) Oleh sebab itu secara bahasa semua orang terdahulu adalah salaf. Baik yang jahat seperti Fir’aun, Qarun, Abu Jahal maupun yang baik seperti Nabi-Nabi, para syuhada dan orang-orang shalih dari kalangan sahabat, dll. Adapun yang akan kita bicarakan sekarang bukanlah makna bahasanya, akan tetapi makna istilah. Hal ini supaya jelas bagi kita semuanya dan tidak muncul komentar, “Lho kalau begitu JIL juga salafi dong..! Mereka ‘kan juga punya pendahulu”. Maaf, Mas… bukan itu yang kami maksudkan.

Kemudian apabila muncul pertanyaan ‘Kenapa harus disebutkan pengertian secara bahasa apabila ternyata pengertian istilahnya menyelisihi pengertian bahasanya?’. Maka kami akan menjawabnya sebagaimana jawaban Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah. Beliau mengatakan, “Faidahnya adalah supaya kita mengetahui keterkaitan makna antara objek penamaan syari’at dan objek penamaan lughawi (menurut bahasa). Sehingga akan tampak jelas bagi kita bahwasanya istilah-istilah syari’at tidaklah melenceng secara total dari sumber pemaknaan bahasanya. Bahkan sebenarnya ada keterkaitan satu sama lain. Oleh sebab itulah anda jumpai para fuqaha’ (ahli fikih atau ahli agama) rahimahumullah setiap kali hendak mendefinisikan sesuatu maka merekapun menjelaskan bahwa pengertiannya secara etimologi (bahasa) adalah demikian sedangkan secara terminologi (istilah) adalah demikian; hal ini diperlukan supaya tampak jelas bagimu adanya keterkaitan antara makna lughawi dengan makna ishthilahi.” (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul, hal. 38 )

Memperjelas tentang salafy…

Apabila para ulama akidah membahas dan menyebut-nyebut kata salaf maka yang mereka maksud adalah salah satu di antara 3 kemungkinan berikut :

Pertama, para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua, shahabat dan murid-murid mereka (tabi’in).

Ketiga, shahabat, tabi’in dan juga para Imam yang telah diakui kredibilitasnya di dalam Islam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan berjuang membasmi bid’ah (lihat Al Wajiz, hal. 21)

Syaikh Salim Al Hilaly hafizhahullah menerangkan, “Adapun secara terminologi kata salaf berarti sebuah karakter yang melekat secara mutlak pada diri para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Adapun para ulama sesudah mereka juga tercakup dalam istilah ini karena sikap dan cara beragama mereka yang meneladani para sahabat.” (Limadza, hal. 30) Syaikh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql mengatakan, “Salaf adalah generasi awal umat ini, yaitu para sahabat, tabi’in dan para imam pembawa petunjuk pada tiga kurun yang mendapatkan keutamaan (sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, -red). Dan setiap orang yang meneladani dan berjalan di atas manhaj mereka di sepanjang masa disebut sebagai salafi sebagai bentuk penisbatan terhadap mereka.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqidah, hal. 5-6)

Al Qalsyani mengatakan di dalam kitabnya Tahrirul Maqalah min Syarhir Risalah, “Adapun Salafush shalih, mereka itu adalah generasi awal (Islam) yang mendalam ilmunya serta meniti jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan senantiasa menjaga Sunnah beliau. Allah ta’ala telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Para imam umat ini pun merasa ridha kepada mereka. Mereka telah berjihad di jalan Allah dengan penuh kesungguhan. Mereka kerahkan daya upaya mereka untuk menasihati umat dan memberikan kemanfaatan bagi mereka. Mereka juga mengorbankan diri demi menggapai keridhaan Allah…” ( lihat Limadza, hal. 31) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang adalah di jamanku (sahabat), kemudian orang sesudah mereka (tabi’in) dan kemudian orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga Rasul beserta para sahabatnya adalah salaf umat ini. Demikian pula setiap orang yang menyerukan dakwah sebagaimana mereka juga disebut sebagai orang yang menempuh manhaj/metode salaf, atau biasa disebut dengan istilah salafi, artinya pengikut Salaf. Adapun pembatasan istilah salaf hanya meliputi masa sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in adalah pembatasan yang keliru. Karena pada masa itupun sudah muncul tokoh-tokoh pelopor bid’ah dan kesesatan. Akan tetapi kriteria yang benar adalah kesesuaian akidah, hukum dan perilaku mereka dengan Al Kitab dan As Sunnah serta pemahaman salafush shalih. Oleh karena itulah siapapun orangnya asalkan dia sesuai dengan ajaran Al Kitab dan As Sunnah maka berarti dia adalah pengikut salaf. Meskipun jarak dan masanya jauh dari periode Kenabian. Ini artinya orang-orang yang semasa dengan Nabi dan sahabat akan tetapi tidak beragama sebagaimana mereka maka bukanlah termasuk golongan mereka, meskipun orang-orang itu sesuku atau bahkan saudara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Al Wajiz, hal. 22, Limadza. hal. 33 dan Syarah Aqidah Ahlus Sunnah, hal. 8 )

Siapakah sih Ahlus Sunnah Wal Jamaah itu…?

Telah dijelaskan oleh saudara – saudara kami dari Yayasan Pendidikan Islam al Atsary Jogjakarta tentang As Sunnah.

As Sunnah secara bahasa artinya jalan. Adapun secara istilah As Sunnah adalah ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabatnya, baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan. Dalam hal ini Sunnah menjadi lawan dari bid’ah. Bukan sunnah dalam terminologi fikih. Karena sunnah menurut istilah fikih adalah segala perbuatan ibadah yang bila dikerjakan berpahala akan tetapi bila ditinggalkan tidak berdosa. Maka sunnah yang dimaksud dalam istilah Ahlus Sunnah adalah seluruh ajaran Rasul dan para sahabat, baik yang hukumnya wajib maupun sunnah !! (silakan baca Lau Kaana Khairan karya Ustadz Abdul Hakim, hal. 14-17 baca juga Panduan Aqidah Lengkap penerbit Pustaka Ibnu Katsir hal. 36-40)

Sedangkan Al Jama’ah secara bahasa artinya kumpulan orang yang bersepakat untuk suatu perkara. Sedangkan menurut istilah syar’i al jama’ah berarti orang-orang yang bersatu di atas kebenaran yaitu jama’ah para sahabat beserta orang-orang sesudah mereka hingga hari kiamat yang meniti jejak mereka dalam beragama di atas Al Kitab dan As Sunnah secara lahir maupun batin. Oleh karena itu seorang Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Al Jama’ah adalah segala yang sesuai dengan al haq walaupun engkau seorang diri.” (lihat Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish Shalih, hal. 29 dan 30) Ukuran seseorang berada di atas jama’ah bukanlah jumlah. Akan tetapi ukurannya adalah sejauh mana dia berpegang teguh dengan kebenaran yaitu Islam yang murni yang dipahami oleh para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum. Sebagaimana hal ini telah diisyaratkan oleh Rasul ketika menceritakan akan terjadi perpecahan umat ini menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu yaitu al jama’ah. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beragama sebagaimana Nabi dan para sahabat. Hadits perpecahan umat adalah hadits yang sah menurut ulama ahli hadits. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan di dalam Majmu’ Fatawa (3/345), “Hadits tentang perpecahan umat adalah hadits yang shahih dan sangat populer di dalam kitab-kitab sunan dan musnad” (lihat Al Minhah Al Ilahiyah fi Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, hal. 348, Silsilah Ash Shahihah no. 203 dan 204 karya Al Imam Al Albani rahimahullah, baca keterangan tentang status dan faidah-faidah dari hadits perpecahan umat di dalam buku Lau Kaana Khairan, hal. 190-196)

Sehingga hakikat Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Sunnah para sahabatnya dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dan menempuh jalan mereka dalam berkeyakinan, berucap dan mengerjakan amalan, demikian pula orang-orang yang konsisten di atas jalur ittiba’ (mengikuti Sunnah) dan menjauhi jalur ibtida’ (mereka-reka bid’ah). Mereka senantiasa ada, eksis dan mendapatkan pertolongan (dari Allah) hingga datangnya hari kiamat. Oleh sebab itu maka mengikuti mereka adalah hidayah sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan. Mereka itulah yang disebut dengan istilah salaf (lihat Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish Shalih, hal. 30, Panduan Aqidah Lengkap hal. 40, baca juga definisi Ahlus Sunnah di dalam Ma’alim Ushul Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah hal. 17-18, karya Syaikh Doktor Muhammad bin Husain Al Jizani hafizhahullah)

Kemudian ketahuilah wahai teman, lawan dari Ahlus Sunnah adalah Ahlul bid’ah yaitu orang-orang yang tetap mengerjakan bid’ah sesudah ditegakkan hujjah atas mereka, baik bid’ah I’tiqadiyyah (keyakinan) maupun bid’ah amaliyah (amalan), tetapi kemudian mereka tetap istiqamah dengan bid’ahnya (lihat Lau Kaana Khairan, hal. 170) Kita tidak boleh sembarangan dalam menghukumi seseorang atau jama’ah sebagai ahli bid’ah. Syaikh Al Albani berkata, “Terjatuhnya seorang ulama dalam bid’ah tidaklah secara otomatis menjadikannya sebagai seorang ahli bid’ah….” “…Ada dua persyaratan agar seseorang dikatakan sebagai ahli bid’ah :

  1. Ia bukanlah seorang mujtahid, namun seorang pengikut hawa nafsu.
  2. Berbuat bid’ah merupakan kebiasaannya (Silsilah Huda wa Nur, kaset no. 785)

Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad (Ahli hadits Madinah saat ini) berkata, “Tidak semua orang yang melakukan bid’ah secara otomatis menjadi ahli bid’ah. Hanyalah dikatakan ahli bid’ah bagi orang yang telah jelas dan dikenal dengan bid’ahnya. Sebagian orang sangat berani dalam pembid’ahan sampai-sampai mentabdi’ orang yang memiliki kebaikan dan memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat. Sebagian orang menyebut setiap orang yang menyelisihinya sebagai ahli bid’ah.” (dinukil dari Ringkasan buku Lerai Pertikaian, Sudahi Permusuhan karya Ustadz Abu Abdil Muhsin hafizhahullah)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya : Siapakah yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah ? Beliau menjawab, “Yang disebut sebagai Ahlus Sunnah wal jama’ah hanyalah orang-orang yang benar-benar berpegang teguh dengan As Sunnah (ajaran Nabi) dan mereka bersatu di atasnya. Mereka tidak menyimpang kepada selain ajaran As Sunnah, baik dalam urusan keyakinan ilmiah maupun dalam masalah amal praktik hukum. Oleh sebab inilah mereka disebut dengan Ahlus Sunnah, yaitu karena mereka bersatu padu di atasnya (di atas Sunnah). Dan apabila anda cermati keadaan ahlul bid’ah niscaya anda dapatkan mereka itu berselisih dalam hal metode akidah dan amaliah, ini menunjukkan bahwa mereka itu sangat jauh dari petunjuk As Sunnah, tergantung dengan kadar kebid’ahan yang mereka ciptakan” (Fatawa Arkanul Islam, hal. 21)

Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki sebutan lain di kalangan para ulama yaitu : Ash-habul Hadits atau Ahlul Hadits (pengikut dan pembela hadits), Ahlul Atsar (pengikut jejak salaf), Ahlul Ittiba’ (Peniti Sunnah Nabi), Al Ghurabaa’ (Orang-orang yang terasing dari berbagai keburukan), Ath Thaa’ifah Al Manshurah (Kelompok yang mendapatkan pertolongan Allah) dan Al Firqah An Najiyah (Golongan yang selamat). Dan pada saat sekarang ini ketika banyak kelompok dalam tubuh umat Islam yang mendaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan pengikut Al Kitab dan As Sunnah namun ternyata praktik dan ajarannya jauh menyimpang dari prinsip-prinsip Salafush Shalih maka bangkitlah para ulama untuk memberikan sebuah istilah pembeda yaitu Salafiyun (para pengikut Salaf) (lihat Mujmal Ushul Ahlis Sunnah, hal. 6, Limadza hal. 36-38, Minhaaj Al Firqah An Najiyah, hal. 6-17 dan Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 7-14) Apabila para pembaca ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah munculnya istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah maka kami sarankan untuk membaca Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang diterbitkan Pustaka At Taqwa hal. 14-17. Di sana beliau sudah menerangkan hal ini, semoga Allah memberikan balasan sebaik-baiknya kepada beliau. Dan bagi para pembaca yang ingin membaca keterangan yang menjelaskan bahwa Al Firqatun Najiyah adalah Ath Tha’ifah Al Manshurah juga sama dengan Ahlul Hadits maka silakan baca buku Mereka Adalah Teroris cet. I hal. 77-95. Semoga Allah merahmati para ustadz kita dan menyatukan mereka dalam barisan dakwah Salafiyyah dalam membumihanguskan gerombolan dakwah Ahlul bid’ah, …Amiiin!

Demikian-lah penjelasan tentang makna dan pengertian salafy dan ahlus sunnah wal jama’ah. Semoga hal ini menjadikan ilmu buat kalian kemudian menjadikan kalian bernaung di bawah-nya. “Ya Allah, jadikanlah saudara – saudaraku ini seorang yang berpegang teguh di jalan salaf dan jadikan mereka istiqamah di akhir hayatnya…

28 responses

20 06 2008
yellashakti

islam artinya perdamaian,,memang benar kita harus melaksanakan apa yang ada di Al-Qur’an dan meneladani Rasul, namun hendaknya memakai cara2 yang lembut dan damai seperti Rasul menyebarkan islam
:)

Masya Allah…teduh hati ini mendengarnya…Semoga penulis bisa melaksanakannya, mbak…

26 06 2008
Bismillah.. Subhanallah...

Assalamu’alaikum
manhaj salaf….
Insya’allah ana salaf juga yang baru belajar…
Mungkin keluarga ana juga belum tahu..
Pernah ana bilang sama orang tua..”bu yasinan tiap malam jum’at itu g’ ada sunnahnya dari rasul…kemudian ibu menjawab”terus gimana silaturahmi dengan tetangga..nanti dikatakanya kita keluarga aneh gitu belia bilan..terus ana jawab..klo kita mau selamat ikuti sunnah rasul..dan semisal nanti ibu ngadakan yasinan afwan ana g’ bisa bantu…terus ibu menjawab ya nggak apa-apa yang penting hubungan kita nggak putus dan baik..
…memang berdakwah untuk keluarga sendiri susah…moga kita diberi petunjuk Allah swt..amiin
wassalamu’alaikum.wq.wb.

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu…

Bersabarlah saudariku…Doakan beliau, doakan mereka serta tetap istiqamah berdakwah pada keluarga dengan ilmu dan hilmu (hikmah). Bermuka manislah kepada ibunda kita dan saling menyapa serta salam. Sampaikan pada beliau, bahwa kita menyayangi beliau, dan sayang seorang anak akan lebih sempurna jika teriring dengan sunnah yang mulia.
Bahkan, Nabi Musa dan Harun -‘alaihimassalam- diperintahkan allah Ta’ala untuk berdakwah kepada Fir’aun dengan kata2 yang lembut…

“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata – kata yang lembut. mudah – mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha:44)

Jika kepada makhluk paling dimurkai Allah saja, kelembutan harus digunakan…Maka bagaimana jika berdakwah pada orang tua…???

Istiqamah saudariku…

18 08 2008
salemooly

assalamu’alaikum….

…, tidak boleh lagi ikut maulidan dan tahlilan…,!!! Celana bapak harus dipotong di atas mata kaki…, dan ibu harus pake cadar…!

apakah itu berarti salafy tidak mengenal adanya maulidan dan tahlilan…???terus bagaimana hukumnya mengirimkan do’a bagi orang yang meninggal dunia jika tahlilan tidak diperkenankan?
maaf pertanyaan saya itu tidak bermaksud apa2, hanya ingin bertanya saja sebab saya juga masi awam dengan ajaran salafy ini..

yasinan tiap malam jum’at memang ga da sunnah dari Rosul, tetapi juga tidak termasuk bid’ah bukan??

selebihnya…salam kenal dari saya :)

Didit Fitriawan berkata :

Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh

Saya haturkan terima kasih atas kunjungan antum saudaraku. Semoga membawa manfaat bagi saya dan antum. Untuk apa yang antum tanyakan, saya tidaklah memiliki ilmu atasnya. Namun lisan serta tulisan para ulama’ ahlus sunnah-lah yang akan menjawab semuanya.

1.

Salafy tidak mengenal maulidan dan tahlilan…??? Penyataan ini benar saudaraku, akan tetapi akan lebih benar jika antum mengatakan “Islam tidak mengenal tahlilan dan maulidan”. Dikatakan oleh para ulama’ ahlus sunnah salafiyyin dari kalangan para sahabat yaitu Jarir Ibnu ‘Abdillah -radliyallahu’anhu-
“Kami (yakni para shahabat semuanya) memandang/menganggap (yakni menurut madzhab kami para shahabat) bahwa berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah ditanamnya mayit termasuk dari bagian meratap” (HR. Ahmad, II/204 dengan sanad shahih)

Dijelaskan oleh al ustadz ‘Abdul Hakim ‘Abdat tentang hadits tersebut bahwa, “Hadits ini atau atsar di atas memberikan hukum dan pelajaran yang tinggi kepada kita bahwa : Berkumpul-kumpul di tempat ahli mayit dan makan-makan di situ (ini yang biasa terjadi) termasuk bid’ah munkar (haram hukumnya). Dan akan bertambah lagi bid’ahnya apabila di situ diadakan upacara yang biasa kita kenal di sini dengan nama “selamatan kematian/tahlilan pada hari pertama dan seterusnya. Hukum di atas berdasarkan ijma’ para shahabat yang telah memasukkan perbuatan tersebut kedalam bagian meratap. Sedangkan meratapi mayit hukumnya haram (dosa) bahkan dosa besar dan termasuk salah satu adat jahiliyyah.” (buku Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur’an Untuk Mayit Bersama Imam Syafi’iy, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat (Abu Unaisah), Penerbit Tasjilat Al-Ikhlas, Cetakan Pertama 1422/2001M)

Kemudian tentang hukum mengirimkan doa kepada mayyit jelas itu tidak ada tuntunan dari Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam (bid’ah munkar) jika dilakukan dengan cara tahlilan. Disamping itu doa tersebut tidak akan pernah sampai kepada si mayyit. Bahkan terkadang hal ini dilakukan dengan membaca alquran yang pahalanya dihadiahkan kepada si mayyit. Hal ini telah dijelaskan keharamannya oleh Asy Syaikh ‘Abdul Aziz Ibnu Bazz -rahimahullah- dalam fatwa beliau…

“Perbuatan tersebut dan yang sejenisnya tidak memiliki dasar sama sekali, dan tidak pernah diriwayatkan secara sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dari para sahabat beliau bahwa mereka membacakan Al-Qur’an untuk orang yang sudah meninggal dunia. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah tanpa perintah dari kami, maka amalannya tersebut tertolak”.

Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu’allaq dalam Shahih-nya, namun dengan pernyataan tegas (jazm).”

(diambil dari Fatwa Al-Fatawa Juz Awwal, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Eidisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penerjemah Abu Umar Abdillah, Penerbit At-Tibyan – Solo)

Namun, jika mendoakan mayyit dengan cara yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mendoakan di waktu mustajab-nya doa serta memenuhi syarat – syarat diterimanya do’a, maka Insya Allah doa tersebut akan sampai kepada mayyit dan Allah pun akan menerimanya.

Wallahua’alam bish shawab…

2.

Kemudian tentang Yasinan, telah datang penjelasan para ulama’ tentang kebid’ahan perkara ini. Kaum muslimin menggunakan hadits lemah dan palsu sebagai sandaran hukum untuk melakukan yasinan, sehingga apa yang mereka lakukan sama halnya dengan tanpa dasar/dalil karena hadits lemah dan palsu tidak boleh dijadikan landasan hukum. Sebagaimana diterangkan oleh al ustadz Yazid Ibnu ‘Abdul Qadir Jawwas tentang hadits lemah berikut…

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. Oleh karena itu, bacakan-lah surat itu untuk orang yang akan mati di antara kalian.”
[HR. Al-Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman]

Hadits ini LEMAH, lihat buku Dha’if Jami’ush Shaghir no. 5785 dan Misykatul Mashaabih no. 2178

maka dengan ini telah jelas bahwasannya mereka yang beryasinan, telah membuat perkara ibadah baru dengan berlandaskan hadits yang tidak sah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Untuk salam kenal dari antum, kami sambut dengan kehangatan serta senyuman wahai saudaraku…

20 08 2008
Salman

Bismillah,assalamu’alaykum warahmatullah
Subhanallah,bukankah Allah tlah mnjelaskan apa2 yg baik bgi manusia,tp hawa nafsu & tipu daya setan snantiasa menjerat.smga Allah menjdikan qt sbg orang2 yg t’lindung dg nur-ny,&b’ada datas Al-Qur’an&Assunah.

Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuhu…

Jazakallahu khairan, akhi…

3 07 2012
wong awam

imam abu hanifah,imam malik,imam safei,imam ahmad hambali mengambil ilmu dari para salaf maka kita wajib mengikuti diant
ra ke 4 imam tsb.

26 08 2008
rismaka

Subhanallah…
cuma satu kata dari ana…. kereeennn…
keep istiqamah ya akhy..

9 09 2008
zaenal

semoga apa yang tertulis dapat dilaksanakan semua,aminnnnnnnnnnnnn

9 09 2008
zaenal

semoga kita dibawah lindungan Allah

20 09 2008
zahra

salaf…
salafy…

smg semoga SEMOGA…tdk terjdi pergeseran makna….yg mengarah pd suatu komunitas/golongan trtntu…
amieeennnnnnnn………..

4 10 2008
mujahidallah

Ya!! ane sepakat ma zahra…smoga tidak terjadi pergeseran makna..amiin.

akhi..setau ane salafi juga kebelah-belah yua?

masa c selevel ustadz pada saling mentahdzir?

antum pernah ikut kajian ust hakim?

pernah ikut kajian ust zaenal abidin.lc (masjid almuhajirin bekasi)?

pernah ikut kajian ust mudhrika ilyas.lc?

kenal pimpinan komando laskar jihad?

kok bisa kayak gitu ya akh?

ane dulu sering ikut kajian salafi akh..haqqan..mungkin untuk antum yang orang bekasi or tambun, insya Allah kenal dengan masjid almuhajirin dan ta’liful qulub kota legenda..cz ane orang Bekasi..

tapi sekarang ane diberikan kenikmatan oleh Allah menjadi kader partai keadilan sejahtera..(sekarang no: 8)

salafi itu secara materi sangat bagus, dengan kajian dan hadits2 shohihnya.
ane akui itu..tapi secara sulukh/akhlaq-nya sedikit sekali yang berda’wah dengan ilmu dan hikmah..

insya Allah samplenya tidak hanya satu orang akhi…afwan akhi…
semoga ini bisa menjadi masukan bagi antum sekalian…

Jika comment ini menunggu moderasi dari antum…sudilah kiranya untuk tidak dihapus…

syukron jazakumulloh khoiron katsiiro…

agus supriyadi
mahasiswa biologi unsoed purwokerto

Didit Fitriawan berkata…
Salam kenal mas Agus Supriyadi dari Didit Fitriawan. Dan alhamdulillah, permasalahan tersebut telah berakhir dan banyak asatidz yang menasehatkan agar kita tidak turut andil dalam permasalahan beda ijtihadiyah itu. ‘Afwan, saya tidak banyak komentar terhadap permasalahan ini dan saya ingin lari dari fitnah semacam ini. Mohon kita tidak mengobarkan kembali fitnah itu…
Barakallahu Fiyk…

9 07 2011
nurhikmawati

iya…semoga Allah memberi petunjuk pada orang yang diberi hidayah untuk memahami Al-quran dan Assunnah sesuai dengan pemahaman sahabat..tapi menyia-nyiakan hidayah tersebut dan kembali pada dakwah yang mengikut pada golongan yang berbaiat pada orang tertentu dan golongan tertentu tanpa disadarinya (dari mantan PKS)

4 10 2008
mujahidallah

oleh karena itu akh zaenal bilang…

“semoga apa yang tertulis dapat dilaksanakan semua,aminnnnnnnnnnnnn”

dengan huruf “n” yang begitu panjang..

gak tau juga c maknanya apa..

oiya akh..jangan lupa yua..pk sejahtera sekarang nomer delapan loh.

4 12 2010
abu hafiz

demokrasi itu haram

15 10 2008
tsurayya

bismillah.
assalamu’alaykum..

untuk akh mujahidallah, kalo antum dulu seorang yang belajar salaf untuk kemudian terjun ke sebuah partai…
ana adalah antonim dari antum, ana seorang yang mengikuti hizbi untuk kemudian mencari&berjalan kebenaran diatas SUNNAH..
“jika Alloh memberikan petunjuk kepada seseorang, maka tidak ada lagi yang dapat menyesatkannya, dan jika Alloh menyesatkan seseorang maka siapa yang dapat memberinya petunjuk…”

untuk akh didit, lanjutkan perjuangan..!
syukron, untuk download murotalnya.
jazakumulloh khoiron..

Didit Fitriawan berkata…
Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh.
Ahlan akhi Tsurayya Auf Abdullah. Sungguh Allah ta’ala telah memberikan nikmat yang besar kepada antum, wahai akhi. Semoga akhi mujahidallah pun akan dikembalikan dan diarahkan Allah menuju jalan hidayah di atas sunnah yang mulia ini…
Waiyyaka, amiiiin…

7 11 2008
na

mungkin perlu cara lain yang lebih mengena tanpa menyimpang ke sana kemari

9 11 2008
arsiparis

btw.salam kenal ya mas

Didit Fitriawan berkata…
Salam kenal juga mbak.

10 12 2008
salafysidoarjo

Assalamualaikum
wah…..dit didit,pengunjungnya akhwat semua nich !!!
Wassalam

Didit Fitriawan berkata…
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
Yee…marahin aja pengunjungnya mas…! ^_^

31 12 2008
qyhoels_world@yahoo.com

AsLm . .
Mas . .bisa ksh hadits uTuh tntg tahlilan dan yasinan ?
Yg ada arab dan indonesia serta perawi dan ktrgn shahIhny . .saya in9in mempRlhtkn pd kLuarga . .bhw tahlilan itU tdk di coNtohkan . .syukron jidan

Didit Fitriawan berkata…
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
Sebenarnya tentang permasalahan tahlilan ini telah banyak dituliskan oleh beberapa website lain. Sehingga adik bisa mengambilnya di sana…Insya Allah silahkan menghubungi alamat URL di bawah ini dik :

http://www.almanhaj.or.id/content/2272/slash/0

http://blog.vbaitullah.or.id/2003/03/08/71-hukum-selamatan-kematian-tahlilan/

Semoga bermanfaat ya dik, barakallahu fiykum…

2 01 2009
qyhoels_world@yahoo.com

AsSaLamuaLaikum
mas . .saya mau bertanya tentang syiah . .saya punya teman syiah . .apa yang saya tahu di internet tentang agama syiah ktk saya tanyakan kpd dia . .dia menolak dgn alasan itu terlalu brlbhn . .jd akhi bisa beri tahu ilmu akhi tentang syiah?


Didit Fitriawan berkata…

Wa’alaikumussalam warahmatullah
Dik, Barakallahu Fiykum.
Setelah dapat ilmu dari sebuah web, maka insya Allah jika web tersebut sesuai di atas alquran dan sunnah yang shahih maka dia akan memiliki hujjah yang kuat. Dan jangan kemudian ditanyakan kepada orang syi’ah, karena jelas di antara mereka tidak akan mengatakan hal itu… ^_^

Insya Allah saya tidaklah lebih berilmu dari pengelola web yang bagus ini…

http://www.hakekat.com/

insya Allah bermanfaat dik…

4 01 2009
qyhoels_world@yahoo.com

Aslm . .

Didit Fitriawan : Mohon disempurnakan…”Assalamu’alaikum”

Pak mu nanya lagi . .boleh kan?he5
saya mu nanya lagi,mengapa kaum salaf slalu diidentkan dgn gerakan wahabi yang datang dari tanah hijaz ? Memang apa sbnrny yg di maksud dgn grkn wahabi?
Trmksh

Didit Fitriawan berkata…
Wa’alaikumsalam warahmatullah.
Qyhoels yang baik…
Wahhabi adalah sebuah sebutan yang dilontarkan oleh kaum – kaum ahlul bid’ah yang benci dengan ahlus sunnah sekaligus membenci dakwah asy Syaikh Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab -rahimahullah-. Akan tetapi terlalu mulia jikalau wahhabi itu dikatakan sebagai gerakan…karena wahhabi itu hanyalah sebutan tanpa ada dasar yang syar’ie dari alquran dan as sunnah.
Jika mereka mau disebut, maka kaum yang disebut orang – orang sebagai “wahhabi” adalah kaum yang justru insya Allah teguh dalam memegang sunnah Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa sallam yang mulis…serta berada dalam manhaj sahabat beliau.
Wallahua’lam…

30 05 2009
Zesyara Melati Auzriani Ghaniyya

subhanallah. semoga Allah memberikan rahmatnya yang banyak kepadamu.

11 06 2009
Abu Shofiyyah

Assalaamu’alaykum

Alhamdulillah blognya, semoga menjadi salah satu penebar kebaikan dan menjadi washilah tersebarnya Da’wah Mubarokah ini.

Afwan, sepertinya 2 paragraf awal tulisan di atas, mengambil dari “Muhadhorot” nya al Ustadz Abdullah Zain Lc, yang temanya Hikmah dalam berdakwah ya? (afwan kalo ana salah), saran ana , lebih ahsan kalo akhy/ukhty , menuliskan sumber penukilan, agar lebih ilmiah dan amanah.

Syukron Jaziilan wa Barokallohu Fiikum

Assalaamu’alaykum

Abu Shofiyyah


Didit Fitriawan berkata…

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu…
Insya Allah akhi, akan saya tengok dulu di buku beliau dan akan saya cantumkan di blog ini di kemudian hari. barakallahu fiyka…

30 06 2009
aboe shofiyah

alhamdulillah,,,,
atas nikmat sunnah….
yah itu adalah sebagian fenomena dari ikhwan salaf terkhusus dari generasi mudanya yg masih “panas”dengan semangat…
semoga qt lebih hati2 lagi…

20 12 2010
iptek

baca ini jadi nambah pengetahuan baru..

18 09 2011
abu attar

Bismillahirrahmannirrahim, salam kenal saudaraku mas Didit, ane seorang hamba Allah dari seberang pulau, tapi saat ini bermukim di bekasi.banyak ragam komentar dari saudara kita para pengunjung, mengusik saya juga tertarik untuk ikut menggoreskan tulisan ini. semoga Allah selalu merahmati antum dan kita semua, sehingga Allah sampaikan kita pada satu titik terbaik yang menjadi tujuan kita yaitu “la’alakum tattaqun”. mohom maaf akhi’ sebelum ane menjelaskan maksud hati ini, sedikit ingin curhat atau cerita pada antum. mungkin ane bisa dibilang orang yg senang berpetualang dalam mengamati dan mengkaji banyak hal.hal ini terpaksa saya lakukan karena pahit dan kerasnya kehidupan yg saya lalui semenjak kecil.dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya, saya sering menangis dan berdo’a dalam kesendirian saya meratapi nasib.padahal waktu itu saya belum mengerti tentang penting dan wajibnya sholat.sehingga nyaris sholat yang saya lakukan hanyalah sholat jum’at saja. waktu itu saya masih duduk dikelas 1 SMA. suatu hari ada segerombolan orang sebagian besarnya memakai jubah&dan gamis, datang dari satu tempat ke tempat yang lain. cuma satu tujuannya yaitu mengajak kaum laki-laki untuk sholat di Masjid. pernah terjadi penolakan keras dari sebahagian orang tua setempat.namun ada jg yg menerima. timbul rasa penasaran ane terhadap orang-orang ini. pengen tahu apa visi dan misi mereka.setelah ane mengikuti banyak hal yg biasa mereka lakukan, subhanallah, hati yg biasa terguncang mendadak berubah begitu tenang, nyaman, merasakan ada belaian kasih sayang dari sang Maha Pencipta.semenjak itu ane begitu semangat mempelajari agama ini. walaupun hingga sekarang pengetahuan ane, masih jauh panggang daripada api.tapi Alhamdulillah banyak pelajaran yang Allah berikan pada kita. sejak ane merantau dan bermukim di jakarta kira2 12 tahun yang silam. dengan hiruk pikuk suasana jakarta. ternyata disinilah segala macam sesuatu di adu / dipertaruhkan. termasuk keilmuan dan keyakinan.sehingga saya membenarkan kata orang kebanyakan. jakarta adalah kota bagi para petarung. dan hanya orang-orang yang memiliki jiwa petarung lah yang akan keluar sebagai pemenang. salah satunya termasuk pemenang dalam meraih ketaqwaan. bahkan betapa banyak dari pada para pegiat dakwah tergelincir dikota besar ini. padahal dahulunya mereka juga sebagai pegiat dakwah dari daerahnya nun jauh disana. terus terang lama saya menjadi pemerhati dan pengamat sekaligus sebagai aktor dari sandiwara kehidupan ini.saya berpindah dari satu tempat belajar ketempat belajar yang lain, dari para guru dan ustadz kita yang memiliki lataran belakang dan aliran yang berbeda.satu hal yang ingin saya garis bawahi : bahwa memang perbedaan itu adalah rahmatan lil alamin. bahkan sudah ada dan terjadi sejak zaman nabi dan para sahabat.perbedaan yang tidak menimbulkan perpecahan.namun tentu saja ada perbedaan yang bisa ditolerir seperti ijtihad para ulama. tapi kita tidak boleh berbeda terhadap hal yang prinsipil yg sudah ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
Sayangnya, kelompok-kelompok Islam tersebut sangat sulit bersatu dan sangat suka berpecah hanya karena perbedaan dalam hal-hal yang bukan termasuk tsawâbit agama (ajaran yang sifatnya prinsipil dan konstan). Padahal perbedaan-perbedaan tersebut semestinya bukanlah alasan untuk bersengketa atau berpecah-belah. Allah Swt tidak melarang berbeda pendapat sejak awal, tetapi melarang berpecah-belah gara-gara perbedaan pendapat tersebut. Ulama-ulama terdahulu, sejak zaman sahabat, mereka berbeda dalam beberapa masalah. Namun mereka tetap terikat oleh tali ukhuwwah islamiyah.
Perbadaan-perbedaan tersebut terkadang menjadikan sesama muslim saling mencela, menyesatkan bahkan mungkin mengkafirkan. Kita lupa bahwa kehormatan kaum muslimin adalah perkara yang amat dimuliakan di dalam Islam. Bahkan merupakan salah satu maqâshid agama ini yaitu hifzul `irdh. Ketika haji Wadâ`, Rasulullah bersabda, “Sesunguhnya jiwa kalian, harta kalian dan kehormatan kalian haram (dinodai dan diganggu) seperti haramnya kehormatan hari ini, bulan ini dan tempat ini.”
Kita lupa pesan Ilahi yang memerintahkan untuk berpegang teguh pada tali agama Allah dan melarang kita berpecah belah. Allah Swt berfirman, “Dan berpegang teguhlah kalian pada tali agama Allah, dan janganlah kalian berpecah belah….” (Ali Imran: 103).
masalah Ukhuwwah adalah hal yang wajib dijaga sedangkan perpecahan diharamkan oleh agama. Lantas apakah kita akan masalah meninggalkan perkara wajib lalu mengerjakan yang diharamkan? Setiap mujtahid mendapat pahala ijtihadnya, karena mereka berijtihad untuk menggali suatu hukum, tidak untuk mengikuti hawa nafsu belaka tetapi hanya mencari kebenaran. Kemudian, setiap orang yang mengikuti pendapat salah satu imam mazhab, semuanya bermaksud menaati Allah dan mengikuti Rasulullah Saw. Mereka juga hanya diwajibkan untuk beramal dengan hasil yang dicapai oleh ijtihad mereka.
Teladan kita adalah generasi awal ummat ini yang dibina langsung oleh Rasulullah Saw. Sebagian mereka ada yang berbeda pendapat dalam – fikih, namun hati mereka tetap satu, tidak saling berpecah atau membenci.
sekian sharing ini mudah-mudahan bermanfaat.sebagai gambaran tentang ane : ane punya beberapa teman dekat dari yg dimaksud kebanyakan orang dari salafy, NU, HTI, FPI, JAMA’ah Tabligh/Khuruj, partai ppp,PAN, dll. ane sendiri sekarang berjuang dengan PKS.hubungan kami sampai saat ini Alhamdulillah terjaga dengan baik. kenapa ana memilih PKS. ceritanya bisa panjang lagi. dan ane tidak berminat ikut partai karena iming-iming duniawi. na udzubillah himin zalik. walopun harus ane akui ada juga dari kader-kader PKS yang nakal dan bermasalah. tapi itu wajar dan manusiawilah. itu saja yg ingin ane sampaikan mudah-mudahan bermanfaat. tujuan ane satu berhati-hatilah dalam berkomentar, jangan sampai menyakiti hati saudara kita yang lain. kalo kita mencaci maki yg semacam aliran lia eden, ato lainnya yg menyimpang dari syari’at ane setuju.trima kasih mas…

18 09 2011
abu attar

Assalamu’alaikum warrahmatullah.
afwan akhi’ karena tadi lupa salam. jadi skalian ane nambah. boleh ya ? banyak saudara kita punya hafalan ayat dan hadits luar biasa banyak.tapi menurut pengamatan ane tidak semua mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.insya Allah ane yakin, antum tidak seperti itulah. tapi ada orang yang kelihatannya biasa-biasa saja tapi memiliki kebersahajaan, ketajaman hati, sehingga mampu menggugah hati orang-orang disekitarnya.ilmu hikmah juga tidak boleh diabaikan.orang yang sukses dunia dan akherat adalah juga orang yang pandai mengambil hikmah/pelajaran dalam hidup ini. klo kata motivator / pengusaha, hanya orang yg pernah merasakan kepahitan dan kegetiranlah dalam hidup ini, lalu dia belajar dan mengambil hikmah dari semua itu yang akan sukses dunia dan akhirat. mudah-mudahan kita semua digolongkan Allah SWT sebagai orang-orang yg bertaqwa. amiin…, sukses buat antum mas didit. teruskan tulisannya. wassalamu alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh.

4 10 2011
khoir

no no no

16 11 2011
akatsuci

wow… bacaan yg berat,

Leave a comment