Seorang penyair berkata:
تَعْصِيْ الِإلَهَ وَأَنْتَ تَزْعُمُ حُبَّهُ
هَذَا مُحَالٌ فِيْ الِقِيَاسِ شَنِيْعُ
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ
إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
“Engkau bermaksiat kepada al-Ilah (Allah) sementara engkau mengaku mencintai-Nya
Ini adalah mustahil dan dalam kias tercela (buruk)
Jika memang cintamu jujur dan setia tentu engkau akan menaati-Nya
Karena sesungguhnya sang pencinta akan selalu patuh kepada yang dicinta.”
Para pembaca rahimakumullah, itulah gambaran kejujuran cinta seorang muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hendaknya dia menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka suatu bentuk ketidakjujuran cinta dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika dia masih banyak bermaksiat kepada-Nya.
Demikianlah semestinya sikap seorang muslim terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Penuh ketundukan dan ketaatan yang disertai dengan keikhlasan dan berusaha semaksimal mungkin untuk meninggalkan hal-hal yang tidak disukai dan dibenci Sang Pencipta, Rabbul ‘alamin.
UCAP PENGUNJUNG