Ditulis oleh : Al Ustadz ‘Abdul Hakim ‘Abdat
Di bawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang dzikir atau do’a di waktu berbuka puasa, kemudian akan saya terangkan satu persatu derajadnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya lemahkan (secara ilmu hadits) tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang telah saya nyatakan syah (shahih atau hasan) bolehlah saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan.
HADITS PERTAMA
Artinya :
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul ‘Alim (artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui).
(Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya ‘Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir).
Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif
Pertama :
Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang sangat lemah.
- Kata Imam Ahmad bin Hambal : Abdul Malik Dlo’if
- Kata Imam Yahya : Kadzdzab (pendusta)
- Kata Imam Ibnu Hibban : pemalsu hadits
- Kata Imam Dzahabi : di dituduh pemalsu hadits
- Kata Imam Abu Hatim : Matruk (orang yang ditinggalkan riwayatnya)
- Kata Imam Sa’dy : Dajjal, pendusta.
Kedua :
Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu : Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata : munkarul hadits (orang yang diingkari haditsnya), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.
Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani, dll.
Periksalah kitab-kitab berikut :
- Mizanul I’tidal 2/666
- Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami
- Zaadul Ma’ad di kitab Shiam/Puasa oleh Imam Ibnul Qoyyim
- Irwaul Gholil 4/36-39 oleh Muhaddist Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
HADITS KEDUA
Artinya :
“Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu (artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka).
(Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu’jam Shogir hal 189 dan Mu’jam Auwshath).
Sanad hadits ini Lemah/Dlo’if
Pertama :
Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia seorang rawi yang lemah.
- Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu’afa : Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya.
- Kata Imam Ibnu ‘Ady : Ia menceritakan hadits-hadits yang tidak boleh diturut.
- Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah !
- Sepengetahuan saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak boleh adzan (lihat : Mizanul I’tidal 1/239).
Kedua :
Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
- Kata Muhammad Nashiruddin Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly.
- Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar : Matruk.
- Kata Imam Ibnu ‘Ady : Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut (lihat Mizanul I’tidal 2/7)
- Sepengetahuan saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang derajad hadits ini ?
HADITS KETIGA
Artinya :
“Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu wa ‘Alaa Rizqika Aftartu.”
(Riwayat : Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni) Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.)
Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
Pertama :
“MURSAL, karena Mu’adz bin (Abi) Zur’ah seorang Tabi’in bukan shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (hadits Mursal adalah : seorang tabi’in meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa perantara shahabat).
Kedua :
“Selain itu, Mu’adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang MAJHUL. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta’dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya”.
HADITS KEEMPAT
Artinya :
“Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL ‘URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa allah).
(Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, Nasa’i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy 4/239) Al-Albani menyetujui apa yang dikatakan Daruquthni.!
Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah), kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN.
KESIMPULAN
Maka dari penjelasan al ustadz ‘Abdul Hakim ‘Abdat di atas, maka doa berbuka puasa yang benar adalah DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL ‘URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa Allah).
- Doa berbuka puasa yang diambil dari hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah (sangat dloif dan dloif) maka tidak boleh lagi diamalkan.
- Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka (karena hukumnya sunnat saja).
Ditulis ulang dari milis As Sunnah online tanggal 03 Maret 2000
Alhamdulillah antum nge-posting ini.
Sebelumnya saya selalu berdoa buka puasa dengan “Allahumma lakasumtu…” :(
Ngak ngaruh,..!!
Gue baca doa yang asyik tuh,.. !!
Perkara dhoif kek atau apalah dah basi,..!! Cuma bikin rusuh doang,..!!
mari terus mengkaji ilmu agama Islam, karena amal tanpa ilmu sama aja bo’ong !!
janganlah belajar kepada satu guru, karena guru juga adalah manusia biasa pasti ada khilafnya !!
assalamu’alaikum warahmatulloh wabarakaatuh
afwan akhi, bolehkah blog antum di link ke blog saya?
barokallohufik
sedih juga akh klo baca komentnya kang dondi jalil…
sabar. beberapa manusia sudah terlanjur salah dalam memahami salaf. mungkin karena beberapa image negatif yg sebelumnya telah tercipta. so, mereka sudah antipati dulu sebelum memahami.
barokallohu fiik
Makasih infonya pak… :-)
hingga berabad-abad lamanya umat manusai terperdaya oleh hadist dhoif begitu banyak ulama di muka bumi ?? tidak adakah yang melakukan perubahan..ataukah inikah pertanda akhir zaman.. semoga allah menjaga hati kita dalam ridhonya.
Maaf yah,.. kalo komentar sy di atas kurang berkenan,.. sungguh hal ini semata-mata bahwa yang ditulis ttg hadits sudah saya dengar jauh-jauh hari (th 85, sewaktu sy masih SMA). Dan saya sadari bahwa itu (doa berbuka puasa) adalah cabang dari cabangnya anak cabang,.. Sebab yang terpenting dan jauh lebih penting tatkala kita melaksanakan shiam itu sendiri dalam bulan Ramadhan dan setelah Ramadhan usai sampai bertemu Ramadhan kembali tahun berikutnya (Kalo masih dikasih umur sama Allah)
Bagi saya pribadi terus terang ada keindahan tersendiri saat melafalkan doa tersebut,. apalagi dengan bahasa Indonesia yang seringkali juga dikumandangkan
Nah kalo temen2 mo berjuang untuk diri sendiri dan yang lain saya persilakan,.. sebab terlalu sering kita ini baku omong (bukan memperkaya hati,..) di banyak blog yang sering saya kunjungi,..
Sungguh Allah beserta kita,.. Insya Allah tatkala kita bisa merasa dengan hati,.. bahwa perlindunganNya, KasihNya dan SayangNya ada di pribadi-pribadi kita,..!!
Assalamu’alaikum
afwan akhi..
Gimana kita bisa mengetahui hadist itu shahih,hasan dan dho’if..trus cìri2 ny apa?
Jazakallahukhoir.
Mas Didit,..
Yang mas Didit katakan itu benar adanya,.. Insya Allah !! Namum sungguh bahwa tiap2 diantara kita di dalam melakukan sesuatu itu hendaknya kita awali dengan “Bismilahi,.. (dengan kata lain ada nama Allah disebut didepan meskipun tidak tertutup kemungkinan diucap ditengah atau dibelakang ) Tatkala kita berucap Allahumma lakasumtu…” :(Ya Allah untukMu saya berpuasa,..) Kiranya yang saya ketengahkan adalah nilai2 pragmatis dari hadits tersebut dengan mendahului disebutnya nama Allah yang bagi saya merupakan keharusan bagi seorang Muslim,..
(Harus diucapkan secara redaksional,.. bukan didalam hati,..!! maaf sekali lagi,.. sebab banyak diantara kita masih sering mengatakan dalam hati)
Nah ketika mas Didit menyajikan tulisan tersebut di atas,.. baik itu dengan komparasi yang bagus,.. sungguh ada nilai esensial yang hilang,.. yang saya sebutkan di atas,..
Memang dalam tiap2 penulisan ada penekanan dalam pesan yang ditulis,.. namun kadang kala ada tulisan bahkan banyak yang justru nilai argumentatifnya justru ditonjolkan,.. dampak dari itu semua ?? Bikin bingung dalam putusan !!
Terus terang ada yang lebih bagus untuk kita tulis (‘tuk mas Didit, misalnya ttg ketauhidan yang mas Didit pernah tulis sebelumnya,..salut saya untuk itu..!!)
Misalnya tentang peperangan yang dilalui oleh Rasulullah SAW,..
1. Perang Badar,..
2. Perang Uhud,..
3. Perang Khandaq,..
4. Perang Hunain,.. dst
Kisah2 ttg itu akan menunjukkan kadar kualitas keimanan kita,.. (kalau kita mau membacanya,..)
Buat rekan2 yang baca,.. “Pernahkan terpikir oleh kita bahwa suatu hari nanti (kelak) Allah mempersilakan kita semua masuk ke dalam jannahNya dari banyak pintu2 yang disedikan oleh Allah dengan membawa banyak amalan shalih,.. buat mereka yang senang berjihad,.. pintu jihad itu bisa dilalui,.. buat mereka yang senang bersedaqah,.. pintu shadaqahpun bisa dilalui,.. buat mereka senang sholat malam,. pintu itupun juga bisa dilalui,.. Ambilah salah satu sebagai hiasan kita di hadapan Allah sehingga Allah menyeru nama kita bin (ti) ayah kita dihadapan musuh musuh Allah yaitu : Iblis laknatullah,.. Orang Yahudi,.. Orang Nashara,.. Orang Kafir,..”
Buat yang baca non Muslim,.. Selamat sakit hati,.. Sebab demikianlah janji Allah kepada kami,..!!
“Kebenaran datang dari Allah, kesalahan dan kealpaan datang dari saya,..!!”
matur nuwun infone paklik
[…] satu sebabnya –menurut saya- adalah kurangnya akhlakul karimah. Komentar dari kang dondi jalil di sini sedikti banyak membuktikan hal […]
..hi hi.. aq tetep pake do’a berbuka puasa yang lama aja, sambil melakukan verifikasi lebih lanjut…
Btw, soal : ….maka bolehlah kita amalkan jika kita suka (karena hukumnya sunnat saja. ..kayaknya, ada yg perlu sedikit di-klarifikasi.. Soalnya, saya seringkali bertemu dengan “hal2 seperti itu”, yaitu kata2 seperti : “boleh2 ajah, cuman sunnat doang..”… Padahal, ada beda yg jelas antara sunnat dan ‘sunnat’… Maksudnya, sunnat dalam konteks kadar hukum Islam, dan ‘sunnat’ dalam hal2 yang berkaitan dengan ucapan, tindakan kanjeng Nabi Muhammad saw… ada beda yg sangat besar, dan dalam beberapa kasus, itu sangat vital..
@pak arif
emang doa yg lama kaya apa c pak?
klo saya c baca doa yg shahih aja. biasanya c lebih pendek dan mudah dihafal (ini cm alasan tersier lho…)
tapi bener juga pak. masih rancu dalam memahami sunnah dalam konteks fiqih dan sunnah dalam konteks yg berkaitan dg ucapan, tindakan, dan taqrir Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa sallam.
gmn kang didit? kayaknya perlu ada postingan about hal itu deh (atau udah ada yah?)
Wah, terimakasih atas infonya akh.
Dah lama nih ga jalan2 di blog.
Kalau dulu, waktu masih SD saya diajari yang ini:
Allahumma laka shumtu wa bika amantu dzahabadzh dzhaama-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya allah.
Pernah nemu hadist nya ga? Selama ini yang saya amalkan yang dzahabadzh zhaama-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya allah.
Insya Allah,..
Thank’s buat mas Didit atas diberikan tempat buat memberikan tanggapan,..!! Kenikmatan tersendiri untuk saya saat tanggapan saya tidak dihilangkan,.. soalnya ditempat lain,.. kadang kala tanggapan itu dihilangkan,..
Teruslah berjuang,.. kelak akan ada laksana medan badar yang akan menunggu,.. atau medan perang lainnya,..dan Insya Allah kita dipertemukan disitu sebagai saudara seiman,.. Amiin
Masya Allah, sebuah dialog yang bermanfa’at. Teruskan berdakwah dengan hikmah yaa akhi.
Barokallahu Fiikum
Assalamu’alaykum…
Jazakallah Khoir akh, selama ini ana tau kalao do’a berbuka itu dr hadits dhoif & sudah tdk diamalkan tp doa yg bener baru tau ini. Makasih yaa….
assalamu’alaikuum..
jazakallah atas infonya.. saya punya 2 buah pemikiran (pertanyaan dan pernyataan), saya minta tolong berikan tanggapan maupun jawabannya, apakah pemikiran saya ini benar atau salah menurut islam..
1) pertanyaan: apakah ada hadits yang statusnya SAHIH yang bisa dijadikan landasan untuk do’a berbuka puasa? mengingat status hadits SAHIH kan tetap di atas hadits HASAN.. Kalo ada do’a yang diambil dari hadits yang SAHIH, kenapa kita tidak menggunakan yang itu saja?
2) pernyataan: dengan keterbatasan ilmu saya, saya tahunya bahwa seorang muslim bisa saja berdo’a apapun kepada Allah (tentu saja do’a yang baik-baik). pake bahasa Indonesia aja pun tetep Allah mengerti.. dengan demikian, tidak mesti saklek bener2 harus berdasarkan dari hadits yang sanadnya lebih baik.. apalagi do’a dari riwayat yang lemah itu do’anya juga baik2 saja kan, nggak ada bagian dari do’anya yang kurang berkenan.. (walaupun saya tahu kalo ada contoh dari Rasul, landasan dari hadits yang statusnya baik, itu lebih baik untuk diikuti) –> tolong dikoreksi ya, jika pemikiran ini kurang tepat.
afwan jika ada yang kurang berkenan
wassalamu’alaikuum..
Utk pertanyaan mas iLm@n yg ke-2 semoga ini dapat menjawabnya:
Doa itu ada dikatagorikan menjadi 2 yaitu :
1) Doa yang berkaitan dg suatu ibadah khusus, misal: doa setelah wudhu, doa setelah mendengar adzan, doa masuk/keluar mesjid, dan yg semisalnya (termasuk doa buka puasa)
2) Doa yang berupa permohonan kita secara umum kepada Allah. Seperti ketika kita minta dinikahkan dengan wanita yg kita sukai, ketika memohon agar lulus ujian, dan yg semisalnya.
Untuk jenis doa yg pertama, maka lafadz doanya harus sesuai dg contoh2 dr Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalm hadits yang sah. Terlarang bagi kita utk merubah, menambah, mengurangi, dan mengganti dg lafadz lain. Sedangkan utk jenis doa yg ke-2 maka kita diperbolehkan berdoa dg lafadz yg kita mau dengan bahasa apapun yg kita bisa, akan tetapi jika ada doa yg dicontohkan Rasul yg bersesuaian dg kebutuhan kita maka lebih utama utk mengamalkannya.
Begitu ringkasnya, lebih baik lg jika kita membaca buku2 para ulama yg menjelaskan masalah ini. Wallahu a’lam.
Mas Didit,..
Tolong luncurkan doa saat kita serah terima zakat (baik z. fitrah ataupun z. maal),.. baik kita sebagai pemberi atau penerima (8 golongan) khususnya sebagai amil,..!! Dengan frame dan pola spt tulisan di atas,.. dengan menghilangkan (hadits2 hasan saja yang dipakai) hadits2 dhoif,..
Insya Allah bisa juga disosialisasikan di lingkungan di sini (di darat,, bukan di dunia maya maksudnya) sebagai bagian suatu tata cara (tertib administrasi,.. istilahnya,..!!) melakukannya,,. maaf,.. belum semua di antara kita melek nginternetan..