Antara Keluhan Orang yang Berilmu dan yang Jahil

23 06 2009

Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

mengeluh...?

mengeluh...?

Seorang jahil (orang yang bodoh) akan mengeluhkan (mengadukan) Allah kepada manusia. Ini adalah puncaknya kebodohan akan siapa yang dikeluhkan dan siapa yang disampaikan keluhan kepadanya. Jika dia mengenal Rabbnya, dia tentu tidak akan mengeluhkan-Nya. Dan jika dia mengetahui manusia, dia tentu tidak akan mengeluh kepada mereka. Sebagian salaf (generasi terdahulu) melihat seseorang yang mengeluhkan kekurangan dan kebutuhannya kepada orang lain. Maka dia (salaf) berkata, “wahai orang ini, Demi Allah, engkau hanyalah mengadukan (Dzat) Yang merahmatimu kepada orang yang tidak merahmatimu.”

Tentang hal ini, dikatakan dalam syair,

وَإِذاَ شَكَوْتَ إِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّماَ تَشْكُو الرَّحِيْمَ إِلَى الَّذِي لاَ يَرْحَمُ

Jika engkau mengeluh kepada anak adam, sesungguhnya kau keluhkan Ar Rahiim (Allah Yang Maha Penyayang) kepada yang tidak menyayangi

Seorang ‘arif (yang mengenal Allah), hanya akan mengeluh kepada Allah saja. Dan orang yang paling ‘arif adalah orang yang menjadikan pengaduannya kepada Allah disebabkan karena dirinya bukan karena manusia. Sehingga dia mengeluhkan atau mengadukan penyebab penguasaan manusia atas dirinya. Dia melihat kepada firman Allah

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (asy Syura: 30)

Dan firman-Nya,

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (An Nisaa: 79)

Dan firman-Nya,

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, Darimana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah, Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Ali ‘Imron: 165)

Maka berarti ada tiga tingkatan,

Paling rendah, engkau mengadukan Allah kepada makhluk.
Paling tinggi, engkau mengadukan dirimu kepada-Nya.
Dan yang pertengahan, engkau mengadukan makhluk-Nya kepada-Nya.

[Dinukil dari kitab Al Fawa`id karya Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah Rahimahullah, hal. 85, cet. Darul Aqidah]

Diambilkan dari milis facebook http://www.facebook.com/inbox/?drop&ref=mb#/inbox/readmessage.php?t=1113340826925&mbox_pos=0


Actions

Information

2 responses

24 06 2009
husni

Akhi,…trimakkasih atas tulisan ini, saya copy untuk tausiyah pribadi, ana rasa tulisan ini sangat berguna untuk saudara- saudara kita yang lain

27 06 2009
meutia.fajri

mmm klo curhat ketmn b’arti masuk tingkatan plng rendah yahh..tu hukumnya gmn?pa mpe haram?
jazaakallohu khoiron

Didit Fitriawan berkata…
Curhat itu boleh, hanya saja jangan curhat dengan mengeluh kepada seseorang. Cukuplah curhat itu agar kita bisa berbagi, setelah kita mengadukan semuanya kepada Allah Rabbul ‘alamin…
wallahua’lam…

Leave a comment